11 April 2010

Menolong, antara ikhlas dan dzalim

Nulis judulnya aja aku udah bingung, mikir panjang dulu baru dapet. Lantas apa hubungan menolong, dzalim dan ikhlas?

Yah semua berawal dari permintaan tolong yang datang padaku, lantas aku dihadapkan pada 2 pilihan, menolong dan tidak. Awalnya sebagai orang yang lugu, aku cenderung langsung berusaha menolong sebisa mungkin, tanpa berpikir panjang. Karena pada dasarnya aku orang yang pemurah (cieh.. muji diri sendiri) ehm..ehm.. Tenaga, waktu, bahkan materi rela kukeluarkan buat nolong, gak peduli ada timbal baliknya atau tidak. Nah itu bisa disebut ikhlas gak sih? Tapi seiring berjalannya waktu, keadaan berubah, aku berada pada posisi yang butuh pertolongan. Gak salah dong aku menuntut balas budi (?) dari orang yang kutolong.
Tapi keadaan tak sesuai harapan, air susu dibalas air tuba, kata pepatahnya. Tumbuhlah pikiran negatif dalam otakku, benci, dendam, amarah silih berganti menerjang. Lantas saat semua reda, aku jadi berpikir apa semua "pekerjaan mulia"ku selama ini sia-sia karena ketidak-ikhlasan yang muncul belakangan?

Dzalim, semoga aku dihindarkan dari perbuatan ini. Tapi apa aku tidak dzalim ketika orang  yang pernah menolongku, sekarang meminta pertolonganku, tapi aku tidak mampu memberikannya pertolongan. Hatiku berontak, tapi keadaan tak memungkinkanku tuk menolong. Ya Allah, Engkau maha mengetahui keadaan hambaMu ini.

Ikhlas mudah diucapkan tapi sulit dalam kenyataan, pekerjaan hati yang butuh kesabaran dan jiwa besar.
Dzalim, berhati-hati dengan perbuatan ini. Kadang tanpa sadar kita tergelincir melakukannya. Apakah kita siap menanggung dosanya? Astaghfirullahal-adzim..

Tidak ada komentar: